Nama : Intan Yanitasari
Kelas : 3DD03
NPM : 33210574
Mata
Kuliah : Manajemen Ritel #
Manajemen Keuangan
Ritel
1 1. Perencanaan dan pengendalian finansial
Perencanaan
dan pengendalian keuangan melibatkan proyeksi-proyeksi berdasarkan standar dan
perkembangan dari umpan balik dan proses penyesuaian untuk memperbaiki prestasi
kerja.
Perencanaan
keuangan mencakup penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada alternatif
strategi produksi dan pemasaran untuk kemudian bagaimana menentukan kebutuhan
pendanaannya.
Perencanaan
Keuangan adalah proses dari :
1. Menganalisis
pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan.
2 2. Memproyeksikan
konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghindari
3. Hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang
akan datang.
4. Menentukan
alternatif mana yang akan dipilih
4 5. Mengukur
hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.
2 2. Sistem
pengendalian perdagangan ritel
Sistem
pengendalian intern perlu diterapkan pada berbagai jenis usaha bisnis termasuk
pada usaha bisnis ritel (retail). Usaha ritel yang saat ini sedang berkembang
adalah usaha ritel modern dalam bentuk swalayan. Penerapan pengendalian intern
perlu dilakukan pada seluruh kegiatan operasional swalayan, termasuk yang
paling utama yaitu sistem penjualan tunai dan penerimaan kas. Sistem
pengendalian intern bertujuan untuk mengamankan harta perusahaan. Sebagai
contoh adakan sebuah penelitian pada suatu swalayan. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan sistem penjualan tunai dan penerimaan kas pada Swalayan
Bentar cabang Mojokerto, dan menjelaskan penerapan pengendalian intern sistem
penjualan tunai dan penerimaan kas pada swalayan yang bersangkutan. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif Penelitian ini dilakukan dengan melakukan
analisis secara mendalam terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan kas,
serta unsur-unsur pengendalian intern, yaitu struktur organisasi, sistem
wewenang dan prosedur pencatatan, dan praktik yang sehat. Hasil penelitian
terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan pada Swalayan Bentar menyatakan
bahwa sistem penjualan tunai dilakukan oleh bagian kasir. Sedangkan sistem
penerimaan kas dilakukan oleh bagian kasir, supervisor kasir, bagian keuangan,
dan manager operasional. Sistem pengendalian intern pada penjualan tunai adalah
penggunaan barcode dalam setiap transaksi pembayaran dari pembeli. Sistem
pengendalian intern pada penerimaan kas memerlukan pemisahan fungsi dari bagian
yang memeriksa penerimaan kas (supervisor kas) dan bagian yang melakukan
pencatatan penerimaan kas dan penyetoran uang ke bank, yaitu bagian keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menerapkan sistem
terkomputerisasi secara menyeluruh terhadap aktivitas transaksi di Swalayan Bentar
mengingat Swalayan Bentar semakin berkembang. Perbaikan pembagian tugas juga
perlu dilakukan untuk mengantisipasi penyelewengan. Selain itu perlu dilakukan
penambahan fasilitas credit card agar transaksi pembayaran lebih efisien.
3 3. Analisis
dan pengendalian biaya
Pembangunan
perekonomian Indonesia pada saat ini sedang berkembang seiring dengan
pertumbuhan pembangunan di bidang lainnya. Pembangunan ekonomi tersebut
mempunyai arti pengolahan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi
riil melalui penanaman modal, pembangunan teknologi serta melalui penambahan
kemampuan berorganisasi dan manajemen. Dengan demikian kerjasama dari seluruh
lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk dapat mengolah kekuatan ekonomi
potensial yang tersedia. Dalam pengertian yang lebih luas perusahaan merupakan
organisasi yang terdiri dari bagian yang saling berhubungan dan bekerjasama
untuk beberapa maksud atau sasaran. Perusahaan sebagai adalah satu pelaku
ekonomi yang mempunyai tujuan memperoleh laba yang wajar, perlu memiliki
program dalam melaksanakan kegiatan. Bagi perusahaan yang mengejar keuntungan
dan berusaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tentu akan menghadapi
berbagai masalah yang akan timbul sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Salah
satu contoh masalah yang dihadapi adalah bagaimana melaksanakan pengendalian
terhadap biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan. Pengendalian secara
menyuluruh dalam perusahaan karena hanya dengan demikian apa yang mungkin
dicapai oleh perusahaan dapat diketahui. Dalam dunia usaha, yang menjadi ukuran
keberhasilan perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan, maka dapat diketahui bahwa
perusahaan tersebut berhasil dengan baik dalam menjalankan usaha. Memperbesar
jumlah laba dapat diilaksanakan melalui keputusan dengan berbagai macam cara
seperti menaikkan jumlah omset penjualan, meminimalkan biaya atau menaikkan
harga jual yang wajar. Perusahaan harus melaksanakan suatu pengendalian
terhadap biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.
Pengendalian
biaya pada umumnya mencakup tiga fungsi manajemen antara lain:
1 1. Fungsi
planning melalui penetapan sasaran dan penyusunan rencana.
2 2. Fungsi
organizing pada tingkat operasional.
3 3. Fungsi
controlling melalui evaluasi terhadap tujuan yang telah dicapai.
Setiap
perusahaan yang ingin tetap berjalan harus mampu mempertahankan eksistensinya
dituntut untuk dapat bekerja secara maksimal, efisien dan efektif. Untuk itu
dibutuhkan tingkat kemampuan manajemen untuk mengendalikan perusahaan terutama
dalam meningkatkan kualitas. Apabila mekanisme operasi perusahaan relatif masih
sederhana, maka sistem pengendalian dilakukan dengan sistem pengawasan
langsung, tetapi jika perusahaan sudah beroperasi dengan skala besar dan
melibatkan beberapa bagian, maka manajemen tidak lagi mampu mengadakan
pengawsan langsung secara efektif. Dalam hal ini sistem pengendalian perlu
dilengkapi dengan sistem pengendalian wewenang dan sistem pertanggungjawaban
dengan menggunakan laporan tertulis. Anggaran adalah merupakan salah satu alat
perencanaan keuangan perusahaan yang sekaligus dipakai sebagai dasar sistem
pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan. Dengan tersusunnya rencana
keuangan tersebut terhadap pimpinan perusahaan dapat lebih mudah melakukan
koordinasi dalam melakukan koordinasi dalam melaksanakan tugasnya. Dalam proses
pelaksanaan kegiatan perusahaan kita dapat menganalisa apakah anggaran yang
telah disusun dapat terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan sebelumnya, atau
terdapat varians dalam melaksanakan varians yang terjadi dapat dilihat pada
akhir bulan atau akhir tahun dengan cara membandingkan antara anggaran dan
realisasinya. Varians yang selalu mutlak terjadi pada setiap anggaran
perusahaan perlu kita nilai apakah varians itu dapat dianggap sebagai suatu
yang wajar, artinya varians itu mutlak dan wajar tidak dapat dihindari atau
varians itu dianggap suatu yang tidap wajar, yang disebabkan oleh kurangnya
pengawsan dan terjadinya pemborosan. Perusahaan tidak terlepas dari perencanaan
anggaran biaya operasional, mulai dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum
penyusunan rencana penyusunan anggaran itu sendiri. Implementasi dari rencana
tersebut sampai akhir tahap pengawsan dan evaluasi dari hasil rencana tersebut.
4 4. Analisis
dan pengendalian modal saham
Pembangunan
perekonomian di suatu negara memerlukan adanya modal yang besar. Bukan hanya
modal sumber daya manusia dan alam, tetapi juga modal berupa dana yang tidak
sedikit. Pemerintah akan mencoba untuk menghimpun dana dari masyarakat, baik
masyarakat dalam negeri maupun dari masyarakat luar negeri. Salah satu cara
menghimpun dana yang dapat dilakukan adalah dengan menggalakkan investasi.
Pemerintah akan berusaha menarik minat masyarakat untuk berinvestasi dengan
hasil yang menguntungkan. Perekonomian suatu negara seringkali dinilai
berdasarkan aktivitas investasi yang terjadi. Apabila tingkat investasinya
tinggi, maka prospek perekonomian negara itu akan semakin bagus.
Investasi
yang dianggap paling cepat memberikan keuntungan adalah investasi melalui pasar
modal. Karena itu, pasar modal akan menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan.
Pasar modal menjadi alternatif penghimpun dana dari masyarakat selain sistem
perbankan. Instrumen keuangan di pasar modal yang paling banyak digunakan untuk
menarik dana dari masyarakat adalah saham biasa (common stock). Pada umumnya
para investor memilih investasi dengan saham biasa, karena harapannya akan
memperoleh return, yang berupa capital gain/capital loss dan dividend. Capital
gain/loss adalah selisih dari harga jual dan harga beli saham, sedangkan
dividend adalah sisa keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham. Setiap investor mempunyai preferensi yang berbeda-beda untuk return yang
diharapkannya. Ketidakpastian return yang akan diperoleh merupakan risiko yang
harus dihadapi oleh para investor. Karena itu, investor akan berhati-hati untuk
memutuskan investasi apa yang akan dipilihnya.
Pada
saat akan berinvestasi dalam suatu saham, investor akan berusaha menilai
perusahaan untuk memperkirakan return yang diharapkan dapat diperolehnya. Harga
saham suatu perusahaan di pasar modal seringkali menjadi acuan untuk
menunjukkan nilai perusahaan tersebut. Analisis fundamental perusahaan, menjadi
salah satu cara untuk menilai kinerja dan prospek perusahaan. Dividen merupakan
salah satu faktor fundamental yang diperkirakan akan dapat mempengaruhi harga
saham. Saat ini masih terjadi perdebatan tentang relevan tidaknya kebijakan
dividen Hasil penelitian Setyorini (2001), menunjukkan bahwa kandungan
informasi dalam pengumuman dividen dapat berpengaruh terhadap abnormal retun
suatu saham, yang berarti mempengaruhi harga saham. Informasi kenaikan deviden
bisa ditafsirkan sebagai tanda optimis sehubungan dengan keuntungan perusahaan,
dan sebaliknya penurunan dividen dapat ditafsirkan adanya penurunan keuntungan
dimasa depan (Dewi, 2003). Bagi investor yang mengharapkan return dari dividen,
tentu akan memperhatikan informasi yang berhubungan dengan pembayaran deviden
yang akan dilakukan perusahaan.
Jika
suatu perusahaan memperoleh keuntungan, bukan berarti perusahaan tersebut pasti
membagikan dividen. Darmadji dan Fakhruddin (2001:116) menyatakan bahwa dividen
baru bisa diterima investor jika dua syarat terpenuhi, yaitu perusahaaan
memperoleh keuntungan dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berwenang telah
memutuskan pembagian dividen atas laba tersebut.
Pembayaran
dividen juga tergantung kepada kebijaksanaan dewan direksi perusahaan (Sundjaya
dan Barlian, 2003:353). Ada aturan yang membatasi pembayaran dividen tersebut.
Sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa dilakukan, semua
tuntutan atau kewajiban kepada pemerintah, kreditur dan pemegang saham preferen
harus dipenuhi terlebih dahulu. Pihak manajemen perusahaan akan
mempertimbangkan berbagai hal untuk menentukan kebijakan dividennya. Kebijakan
mengenai apakah perusahaan akan melakukan pembayaran dividen atau tidak, atau
berapa besarnya dividen yang akan dibayarkan dapat mempengaruhi penilaian
investor tentang kondisi perusahaan. Di lain pihak, pemegang saham biasa yang
merupakan investor adalah pihak luar yang sangat sedikit memperoleh informasi
tentang kondisi perusahaan. Jika investor dapat mengetahui hal-hal apa yang
menjadi pertimbangan pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan
mengenai pembayaran dividen kasnya, maka investor dapat memprediksi dividen kas
yang akan diperolehnya sebagai pengembalian atas investasi yang dilakukannya.
Banyak
penelitian yang telah membuktikan bahwa pasar modal bereaksi terhadap semua
informasi yang berhubungan dengan perusahaan. Informasi yang dianggap
memberikan kabar baik dapat menaikkan harga dan sebaliknya informasi yang
dianggap kabar buruk akan menurunkan harga. Bagi investor yang menginginkan
return dari dividen, tentu akan menganalisa variabel-variabel yang kemungkinan
dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pembayaran dividen.
Penelitian mengenai hal ini juga telah banyak dilakukan untuk membantu investor
dan manajemen untuk memutuskan kebijakan dividen yang terbaik bagi pihak-pihak
yang terkait. Baker dan Powell (2000) melakukan survei terhadap
perusahaaan-perusahaan yang terdaftar di NYSE tahun 1997, untuk mengetahui
pandangan manajer perusahaan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kebijakan
dividen. Penelitian mereka memperoleh hasil bahwa faktor yang paling
mempengaruhi kebijakan dividen adalah tingkat laba dan kontinyuitas dividen
masa lalu. Sebuah survei juga pernah dilakukan di Bursa Efek Jakarta yang
tujuannya untuk menilai pandangan para pemimpin eksekutif terhadap kebijakan
dividen dan kebijakan struktur modal. Hasil survei menunjukkan bahwa bagi para
eksekutif, variabel yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen adalah variabel
laba dan kesempatan investasi. Selain itu, cash ratio, cashflow, dan harga
saham juga menjadi variabel yang mempengaruhi dividen (Pefindo :1997 dalam
Anshori :2001).
Sutrisno
(2001) telah meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout
ratio pada perusahaan publik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak
semua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan. Dari 6 variabel
yang diteliti, hanya variabel posisi kas dan rasio hutang yang berpengaruh
signifikan, sedangkan variabel potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan
dan profitabilitas tidak cukup signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh
Erawati dan Sisdyani (2005), yang meneliti 5 variabel, dan hasilnya menyatakan
bahwa dividen kas tahun sebelumnya dan laba yang diperoleh perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen kas, tetapi hutang
dan likuiditas justru berpengaruh tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Dewi (2003) yang juga menyatakan bahwa laba dan
dividen tahun lalu berpengaruh signifikan.
Banyak
penelitian tentang kebijakan dividen yang telah dilakukan, tetapi hasil
penelitian-penelitian tersebut tidak ada yang konsisten. Dari permasalahan
inilah, peneliti merasa tertarik untuk menguji ulang mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pembayaran dividen kas. Penelitian ini merupakan replikasi
dari penelitian yang telah dilakukan oleh Kania dan Bacon (2005), yang
melakukan penelitian untuk menguji faktor-faktor yang memotivasi kebijakan
dividen perusahaan.
Persamaan
penelitian ini dengan penelitian Kania dan Bacon (2005) adalah variabel
dependent yang digunakan, yaitu menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR), tetapi
sampel perusahaan dan variabel independent yang digunakan berbeda. Kania dan
Bacon (2005) mengamati beberapa variabel, yaitu Return On Equity (ROE),
pertumbuhan penjualan, likuiditas (current ratio), rasio hutang (Debt to Total
Asse)t, Insider Ownership, Beta, Institusional Ownership, penggunaan modal, dan
pertumbuhan earning per share, sedangkan penelitian ini hanya fokus pada
variabel keuangan yang bersifat intern yaitu ROE, variabel pertumbuhan earning
pershare, likuiditas dan rasio hutang. Ukuran likuiditas diukur dengan cash
ratio karena ukurannya lebih tajam dibandingkan current ratio, sedangkan rasio
hutang diukur dengan Debt to Equity Ratio. Penelitian ini menambahkan variabel
dividen periode sebelumnya karena diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
kebijakan pembayaran dividen saat ini, berdasarkan adanya beberapa penelitian
mengenai hal itu. Selain itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta tahun 2004, sedangkan sampel yang
digunakan oleh Kania dan Bacon (2005) adalah seluruh perusahaan yang terdaftar
dan datanya terdapat dalam website www.MultexInvestor.com, sebuah website
pemandu pasar modal.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar